KUNJUNGAN KE DEWAN PERS DAN KOMPAS TV ( Feature )


Jenis Feature   : Feature Perjalanan
Tema Feature  : Kunjungan Ke Dewan Pers Dan KOMPAS TV


 

Cemilan Otak Dari Dewan Pers Dan KOMPAS TV
Oleh : Sopari
( mahasiswa semester 5 /FISIP-Komunikasi -jurnalistik 1. Universitas Serang Raya )




          Pagi buta 2 Desember 2015 tepat hari rabu sebuah bus pariwisata terlihat parkir di jalan pintu masuk kampus terpadu UNSERA. Berkerumun sekelompok mahasisawa UNSERA yang akan berkunjung ke Jakarta. Jumlahnya bisa dipastikan lebih dari 40 orang yang terdiri dari mahasiswa dan dosen. Rencana kunjungan ke Jakarta yang jauh-jauh hari sudah di rencanakan akhirnya datang juga.

            Sebelum berangkat seperti biasa pemandangan klasik terlihat sangat mencolok. Ada yang duduk dan ada yang ngombrol ngalor ngidul (sana sini) hanya sekedar melepas kejenuhan. Ketika itu Susananya agak kurang hangat karena tidak semua mahasiswa kelas jurnal kampus UNSERA ikut serta dalam kunjungan ke Jakarta. Mendekati pukul tujuh pagi rombongan pun berangkat langsung akses ke Tol Serang Barat, karena kebetulan kampus UNSERA dekat dengan akses Tol Serang Barat.

            Seperti kunjungan pada umumnya suara berisik dan obrolan tidak jelas pun kerap terdengar didalam bus. Hanya ada sebagian yang memilih untuk duduk santai dan ada juga yang memilih untuk tidur. Pagi itu rencana kunjungan ke Dewan Pers dan ke KOMPAS TV. Lama perjalanan dari Serang menuju Jakarta hanya 2 jam saja. Sesampainya di sana tepat di depan gedung Dewan Pers rombongan kelas Jurnal UNSERA diturunkan.

           Berjalanlah secarara bersama-sama rombongan kelas jurnal UNSERA  menuju gedung yang memang sudah disiapkan untuk kunjungan. Sampailah di dalam dan para mahasisawa diminta untuk mengisi daftar tamu kunjungan dan menerima cindera mata berupa buku dan tas yang lumayan unik. Dengan dialog bersama membahasa masalah pers, undang undang pers dengan pembicara senior termasyhur yaitu Bapak Leo Batubara. Tepat duduk di sebelah Pak Leo, Pak sigit Surahman selaku pimpinan romobongan membuka sesi dialog dengan memperkenalkan diri romobongan dan maksud kedatangan ke Dewan Pers. Terlihat dari sudut sebelah kiri, kanan dan tengah mahasiswa UNSERA mendengarkan dengan hikmat. Tak kalah menarik dari itu ternyata gaya bicara seorang Leo Batubara yang membuat para mahasiswa tertawa dan serius menyimak.

            Ketika datang dan langsung memperkenalkan diri serta sedikit berbagi cerita pengalamannya selama di Dewan Pers cukup menarik. Dan beliau mengatakan ada buku terbitan baru yang beliau tulis, mungkin sekarang sudah bisa di beli yang berjudul “Paradoks Indonesia” yang isinya kurang lebih memaparkan tentang oknum politik yang seolah-olah seperti dagelan tingkat tinggi bangsa ini, serta permainan petak umpet kelas elit  tokok politik negeri ini. Yah begitu lah kurang lebih seputar itu.

            Dan Beliau juga menjabarkan bagaimana undang- undang pers untuk seorang waratwan , dan apa saja sanksinya, seperti apa bentuk pengaduannya. Bahkan tidak tanggung-tanggung beliau bercerita alih gambar tentang sebuah kasus yang umum dimana para pejabat kita bermain di ranah politik di negeri ini.

            Dari buku yang di terima dan masing-masing mahasisawa mendapatkannya,  didalamnya ada ulasan tentang media online. Inilah yang sekarang sedang menjadi perbincangan hangat di Dewan Pers mau di bawa kemana atau mau seperti apa jurnalistik online tersebut, apakah masih berpatok dengan aturan yang ada di UU Transaksi Elektronik atau akan ada UU baru terkait jurnalistik online. Suasana pun mulai mencair ketika narator bercerita tentang gadis sunda, gadis jawa, dan membuat semua orang yang ada didalam ruangan waktu itu tertawa lepas. Yang menarik untuk di bahas di sini adalah kenapa Dewan Pers hanya ada di Jakarta saja. Pak Leo Batubara menjawab karena kalau berdiri di masing masing Provinsi di duga akan terjdi korupsi, tapi sebenarnya bukan itu , di UU pokok Pers sudah dijelakan kok kalau Dewan Pers hanya di Jakarta saja. Tapi asusmsinya kenapa beliau menjawab demikian ? PR  ni untuk kedepannya sobat.

            Selesai dari Dewan Pers, romobongan pun langsusng bergegas menuju KOMPAS TV, dan di Gedung Dewan Pers Berakhir dengan sesi foto-foto. Selesia sudah pagi itu di dewan pers. Lagi-lagi pemandangan klasik terlihat disela-sela menunggu bus yang akan mengantar rombongan ke KOMPAS TV, terlihat para mahasiswa berfoto-foto di jalan. Dosen pun tak kalah saing dengan mahasiswa, maklum dosen juga manusia, ya ngga sobat. Terlihat Bu Indri, Pak Muhi, Pak Sigit , Bu Anissa, dan Pak Media selfie bareng didepan gedung tepat di bahu jalan di antara kerumunan para mahasiswa yang sedang asyik berfoto selfie juga.

            Bus pun datang dan kami segera masuk ke dalam bus. Di dalam bus ketika dalam perjalanan ke KOMPAS TVpanitia konsumsi membagikan makanan untuk makan. Sambil makan menikmati pemandangan Kota Jakarta yang penuh dengan gedung pencakar langit yang menjulang. Sampai di KOMPAS TV rombongan di periksa satu satu oleh security baru bisa masuk. Dan didalam dapatlah bingkisan dan snack.serta mengenal sedikit sejarah tentang KOMPAS TV. Dan ternyata competitor TV yang sering kita lihat sebagian sahamnya milik KOMPAS TV. Tidak perlu di sebut ya sobat TV apa itu . 

            Tidak ada yang special ketika berkunjung ke KOMPAS TV. Sebab sedang ada pemindahan gedung lama ke gedung baru. Jadi pada saat itu merasa kurang maksimal. Terlebih lagi ketika masauk ke studio yang baru, para mahasiswa merasa perih matanya karena pengaruh cat yang masih baru di dalam gedung. Hanya saja informasi yang cukup lumayan berharga ternyata KOMPAS TV tidak hanya memiliki media cetak, stasiun tv, gramedia, tetapi juga mempunyai hotel, pabrik tissu, dan kampus.

            Selesai dari kunjungan seperti bisa rombongan foto-foto dan menyerahkan cindera mata yang di berikan oleh Pak Sigit Kepada Team KOMPAS TV yang bertugas pada waktu itu. Satu hal yang masih teringat dan itu menjadai koreksi diri sebagai mahasiswa jurnalistik UNSERA. Ketika seorang PR KOMPAS TV berbicara di depan rombongan mahasiswa , bahwa bukan berarti dia PR, bukan berarti anda jurnalis, bukan hanya mereka ,tapi jika kita sudah berada di lingkup media massa, apapun posisi kitia jika di tanya oleh khalayak mengenai isu terkait mau tidak mau harus bisa menjawabnya, ketika itu dia duduk di sebuah kereta mau menuju tempat kerja , ditanya lah dia mengenai berita terhangat, walaupun dia seorang PR, bukan berarti berita tidak dia ikuti. Intinya pesan buat kami adalah jangan hanya berfikir jurnal ya jurnal PR ya PR.

            Setiap perubahan membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Akan seperti apa perjuangan dan pengorbanan itu sendiri di lakukan. Ketika anda mampu melakukan perubahan lakukanlah dengan bersih dan jangan atas dasar perut masing-masing. Jadilah jurnalis masa depan yang benar-benar memegang teguh apa itu primsip , kode etik, dan untuk apa kita bergelut dalam pemebritaan. Tidak lain untuk mencerdaskan bangsa dan melaksanakan ketertiban negeri ini. Semangat bangsa ku, generasi muda yang kompeten dan mampu bekerja cerdas serta kreatif, inovatif, dan mampu bersaing di era ekonomi global saat ini.

Nama : Sopari
NIM :  51113098
Kelas : Jurnal 1/ semester 5
UNSERA / FISIP-Komunikasi

tugas UAS feature
Tugas UAS MK Penulisan Berita Reportase dan Feature
Tugas periode pertama 29 Desember 2015- 2 Januari 2016






Share this

Related Posts

Previous
Next Post »