Maulid
Nabi Muhammad Dan Perayaan Natal Antara Dogma Dan Toleransi
Oleh
: Sopari
(Mahasiswa
jurnal 1 semester 5/FISIP-Komunikasi Universitas Serang Raya)
Banyak sekali polemik
yang terjadi di negeri ini yang berkaitan dengan dogma serta bagaimana para
insan penghuni bumi pertiwi ini saling berinteraksi dan bersosialisasi dalam
hal toleransi. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih seolah
tidak ada perbedaan dan selalu ada hal atau pedapat yang hampir menjurus ke
satu persamaan kata dalam kehidupan.
Kamis tanggal 24
Desember dan Jumat tanggal 25 Desember 2015 seolah ada warna lain yang
mengisyaratkan pentingnya suatu toleransi untuk kelangsungan hidup rukun dan
damai antara umat islam dengan umat kristiani. Sebagian tokoh atau kelompok
islam garis keras merasa keberatan dengan istilah toleransi umat beragama. Kenapa
? dari bebrapas sumber yang ada sering sekali kelompok yang mengaku bahwa
dirinya seorang muslim melarang keras untuk mengucapkan selamat kepada umat kristiani
di tanggal 25 Desember seperti saat ini.
Beberapa alasanpun di
kemukaan, ada yang mengatakan jika ucapan selamat itu di lontarkan ,maka sama
saja merusak akidah kita sebagai umat islam. Keragaman suku, budaya, serta
agama di bumi Nusantara kita ini memang harus disikapi tidak hanya dari satu
sudut pandang saja. Jika kita menganalisa lebih dalam apa sih sebenarnya yang
memicu ketidakharmonisan beragama.? Jawabanya adalah yang memicu itu semua jika
diantara pemeluk agama saling mencari perbedaan.
Dogam dan toleransi
kali ini bukan berarti diri penulis pribadi merasakan hal yang sama, jujur
jujur saja banyak sekali dalam keluarga kami yang memeluk agama berbeda seiring
dengan pertukaran perkawinan antar suku dalam keluarga. Alhasil ada yang percaya
dan memeluk agama dari sang suami, dan bahkan ada yang beralih kepada
kepercayaan yang hakiki. Dalam hal ini tidak ada niat untuk menghasut, agar
kita semua terbuka bahwasannya Negeri sejuta keindahan dewasa ini belum ada
yang bersepakat secara serempak bahwa toleransi dan dogma itu bisa berjalan
selaras dan harmonis. Kita ingat kasus Tolikara, belum lagi kasus yang di Aceh,
ditambah lagi kasus yang di Bekasi.
Dogma itu suatu
kepercayaan, sedang toleransi adalah keikhlsan diri individu dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Bukan milik kelompk yang hanya mengompor-ngompori kerusakan antar
umat manusia. Isu yang sekarang sedang berkembang di Inonesia bahwa bumi
Indonesia khususnya Jawa, Sumatara, dan Kalimantan sedang dalam ancaman
teroris, yang semua itu masih simpang siur akan kelompok teroris yang
dituduhkan. Ada yang menuduh islam. Ada pula yang tidak setuju.
Toleransi yang dimaksud
dalam Al Qur’an sendiri bukan lah ucapan yang kita lontarkan, melainkan
bagaimana individu itu sendiri mempertanggungjawabkan ucapannya dihadapan
Tuhan. Jadi dogma boleh saja berbeda, akan tetapi Toleransi yang bersumber dari
hati yang bersih diri individu itu sendiri yang akan menciptakan kedamaian antar
umat. Jangan sekali kali menghujat agam lain, jangan sekali kali menjelekan
agama lain.
Walaupun kita tahu
kesempurnaan yang Tuhan berikan untuk kebahagiaan makhluk di seluruh alam
semesta sudah ada. Marilah bangun bangsa Indonesia ini dari hati yang bersih,
iman yang ikhlas dan ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar terajdi harmoni
dalam kehidupan umat. Karena kita tahu Indonesia bukan hanya milik orang islam,
kristen, hindu, budha, ataupun yaang tidak disebut dalam tulisan ini, tetapi
bercerminlah dari satu wadah bahwa manusia sejatinya sama di mata Tuhan, hanya
saja ketaqwaanlah yang nanti akan membedakan.
Salam hangat untuk saudara-saudara di seluruh
tanah air dari sabang sampai merauke siapapun. Bukan hanya keluarga pribadi,
melainkan semuanya yang mau bersatu padu dalam hal kebaikan dan keseragaman
kerukunan untuk hidup damai.