Dadang
dan Sol Sepatunya
Oleh
: Beli Nurgiofani
Cahaya
itu selalu menerobos jendela kamar yang berukuran dua kali dua meter . setiap
hari aktifitas yang dilakukannya selalu seperti itu. Terlihat wajahnya yang
lugu dengan baju dekil satu satunya menempel di badannya. Dia bergegas menuju pasar dan menggendong
peralatan semir sepatu yang sudah menemaninya sejak lima tahun bersamanya.
Dadang, perawakanya kecil tapi usianya sudah menginjak ke 11 tahun.
Tidak ada yang dia
keluhkan setiap hari menjalankan pekerjaanya sebagai tukang sol sepatu di Pasar
Rau. Dia merindukan kedua orang tuanya yang lama meninggalkan nya. Dadang sosk
bocah tegar yang meraskan ditinggal kedua orang tua di masa pertumbuhannya. Dalam
renungan hari harinya, dia berdoa bisa dipertemukan dengan kedua orang tuanya
yang lama meninggalkannya.
Namun dia tetap tabah. Dalam
setaiap benak dihati kita yang terdalam, apakah setiap air yang mengalir akan
selalu bermuara ke laut? Ataukan ada kerikil dalam sungai yang merintangi air
sehingga air pun tersendat dan tidak bisa lancar menuju muara. Hidup itu tidak
bisa dipaksakan. Berjalan seperti air. Dadang salah satu anak yang mungkin
sebagian orang dilingkungan kita pernah merasakan.
Serpihan sesal tidak
berarti sama sekali. Tidak ada penyesalan dalam hidup, yang ada kita belajar
dan memahami seperti apa diri kita. Berusaha menjadi lebih baik. Dadang lah contoh yang bisa membuat
kita tegar. Apa yang akan terjadi jika tiba-tiba posisi kita berbalik seperti
Dadang? Pasti butiran dan serpihan sesal itu akan terus terbayang dalam diri
kita, dulu kita enak, sekarang berubah. Semua ada hikmah. Jalani saja sesuai
apa yang menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Esa.