Kelompok yang terasingkan

                                                            Oleh Fadzar Ilham Pangestu
 
Hawa dingin menUsuk tulang di dampingi tetesan air hujan yang jatuh sedikit demi sedikit dari atap daun jerami yang kering saat  sampai disebuah desa kanekes. Pepohonan seakan bernyanyi riang saat dihempaskan oleh tiupan angin yang menusuk sampai seluruh tubuh terasa begitu sangat dingin, hawa sejuk di Baduy  berasal dari sebuah perkampungan di daerah Baduy terletak di bukit dan gunung yang masih sangat jauh dari sentuhan tangan-tangan jahil dan memiliki ketinggian 500 meter diatas permukaan laut.

Perjalanan yang hampir 4 jam dari Rangkasbitung kota sampai perkampungan baduy luar, Perjalanan yang begitu exstra keras untuk pergi kesebuah tempat yang amat terasingkan di banten ini,tetapi  lelah dan rasa haus terobati ketika melihat sebuah perkampungan yang sejuk dan dihiasi banyak pepohonan yang indah, penampakan ini tidak akan terlihat jika kita berada di kota serang , Selain itu, pengunjung juga dapat belajar tentang kearifan lokal. Meskipun adat istiadat warga Baduy Luar tidak seketat masyarakat di Baduy Dalam, ciri umum kehidupan mereka sama, yakni hidup berdampingan secara damai selaras dengan alam sekitar.

”Masyarakat suku Baduy hidup dalam kesederhanaan, gotong royong, cinta damai, dan anti-narkoba,” kata Dainah (55), warga Desa Kanekes.
 
Suku Baduy merupakan salah satu suku asli Banten. Jumlah penduduknya sekitar 11.000 jiwa lebih. Lokasi suku Baduy berada di kaki pegunungan Kendeng. Jika ingin menuju ke Baduy Dalam harus berjalan kaki sekitar tiga hingga empat jam.

Di sepanjang perjalanan menuju Baduy Dalam, panorama alam yang indah dan asri bisa dinikmati para pengunjung. Wilayah suku Baduy terbagi dua, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy Dalam merupakan penduduk yang masih menjaga adat istiadat dengan ketat. Adapun Baduy Luar sudah berbaur dengan masyarakat sekitar.

 Larangan yang ketat
Jika ingin menginap di Kampung Baduy, para pengunjung selain harus mempersiapkan fisik, juga harus menghormati dan mematuhi ketentuan adat yang berlaku di kawasan ulayat masyarakat Baduy.. Setiap pengunjung yang hendak menginap di rumah warga Baduy harus mematuhi sejumlah larangan, di antaranya larangan membawa tape atau radio, tidak menangkap atau membunuh binatang, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, tidak mengonsumsi minuman memabukkan, dan tidak melanggar norma susila.

Khusus untuk warga asing tak boleh masuk ke wilayah Baduy Dalam yang warganya selalu berpakaian hitam dengan ikat kepala berwarna putih. Tidak hanya itu, jika berada di kawasan Baduy Dalam, pengunjung dilarang untuk merokok, memotret, dan menggunakan sabun serta odol. Bahkan, suku asli Baduy Dalam ke mana pun mereka pergi tidak boleh menggunakan alas kaki dan dilarang menggunakan kendaraan. Ke mana pun mereka pergi harus berjalan kaki.

”Kalau larangan dilanggar selalu ada akibatnya, misalnya badan terasa sakit. Kalau kita sakit dalam waktu lama akan ditanya oleh Puun (kepala adat). Nah, kalau sakitnya karena melanggar aturan adat bisa dikenai sanksi hingga dikeluarkan dari Baduy Dalam,” ujar anto (20), penduduk suku Baduy Dalam.

Warga Baduy Dalam menetap di Kampung Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Orang asing hanya diizinkan masuk hingga wilayah Baduy Luar yang warganya selalu berpakaian hitam.

Betapa unik dan indahnya wisata baduy ini, kita beraharap suku baduy tetap melestarikan budayanya, jika melihat dari suku baduy luar Nampak moderenisasi sudah tertular disana, tetapi pelajaran dalam wisata daerah baduy ini adalah kecintaan kita terhadap alam harus ditingkatkan jika kita merusak maka Tuhan akan murka

 Tema : Feature Perjalanan
NAMA : Fadzar Ilham pangestu
 NIM : 5113044

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »